Sabtu, 29 Maret 2014

TUGAS BAHASA INDONESIA 2


  1.1  PENALARAN
·         Penalaran adalah proses berpikir yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.

·         Proposisi adalah suatu pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh dan utuh.

·         Inferensi merupakan suatu proses untuk menarik kesimpulan dari  fakta  yang  diketahui.

·         Implikasi adalah merangkum dari fakta yang diketahui.

·         Wujud Evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran.

·         Cara Menguji Data :
Untuk menguji apakah data itu benar atau tidak, maka harus melakukan :
1.      Observasi adalah pengujian .

·         Cara Menguji Fakta :
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang diperoleh adalah fakta, maka harus diadakan penilaian. Cara menguji fakta ada dua yaitu :
1.      Konsistensi : tetap atau harus laras.
2.      Koherensi : kompak atau harus saling terkait.

·         Cara Menguji Autoritas :
Untuk menguji autoritas ada 4 yaitu :
1.      Penyidikan dan latar belakang.
2.      Pendidikan dan pengalaman.
3.      Tidak ada prasangka untuk kepentingan sendiri.
4.      Kemahsyuran.











1.2  BERPIKIR DEDUKTIF

·         Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Disini saya akan bahas 3 jenis dari silogisme, yaitu :
1.      Silogisme Kategorial
      Silogisme ini merupakan silogisme dimana semua proporsinya merupakan kategorial. Kemudian proporsisi yang mengandung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek).

            Contoh kalimat :
            Premis Mayor              : Semua makhluk hidup pasti mati.
            Premis Minor               : Anoa adalah hewan yang dilindungi.
            Konklusi                      : Anoa pasti akan mati.

Kesimpulan : Jadi silogisme kategorial mempunyai proporsi yang kategorial. Dan proporsinya terdiri daro premis mayor dan premis minor.

2.      Silogisme Hipotesis

      Silogisme Hipotesis adalah jenis silogisme yang terdiri atas premis mayor yang bersifat hipotesis ,dan premis minornya bersifat katagorial .

            Contoh kalimat :
            Premis Mayor  : Jika botol plastik dipanaskan, botol akan meleleh.
                        Premis Minor   : Botol plastik dipanaskan.
                        Konklusi          : Jadi, botol plastik meleleh.
                               

Kesimpulan : Jadi silogisme hipotesis memiliki jenis yang terdiri dari premis mayor bersifat hipotesis sedangkan premis minornya bukan bersifat hipotesis tetapi bersifat kategorial.


3.      Silogisme Alternatif

      Silogisme Alternatif jenis proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif, yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan. Sebaliknya proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau menolak salah satu alternatifnya.

      Contoh kalimat :
            Premis Mayor : Nenek Rifda berada di Bekasi atau Surabaya.
            Premis Minor : Nenek Rifda berada di Bekasi.
            Konklusi : Jadi, Nenek Rifda tidak berada di Surabaya.
Kesimpulan : Jadi silogisme alternative ini mempunyai proposisi mayor sebuah proposisi alternatif dan proposisi minornya merupakan proposisi kategorial bukan proposisi alternatif.

·         Entimem adalah silogisme yang dipersingkat.

            Contoh kalimat :
            PU : Jika bachdim tidak menikah cepat, Irfan akan dimarahi fadillah
            PK :bachdim mau menikah cepat.
            K : bachdim tidak dimarahi fadillah.
            Entimem : Irfan tidak dimarahi Kartika karena Irfan mau menikah cepat

            Rumus Silogisme Entinem : C = B karena C = A

Kesimpulan : Jadi silogisme entimem merupakan silogisme yang dipersingkat tidak seperti silogisme kategorial, hipotesis ataupun alternatif.


























1.3  BERPIKIR INDUKTIF

·         Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili. Atau jawaban lainnya adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari sejumlah fenomena individual (khusus) menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki.

Contoh kalimat :
Alyssa Soebandono adalah artis, dan ia berparas cantik.
Revalina adalah artis, dan ia berparas cantik.
Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas cantik.

Kesimpulan :
Jadi generalisasi merupakan penalaram induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum yang mengikat seluruh fenomena yang diselidiki.

·         Hipotese dan teori
            Hipotese adalah semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk
            menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penuntut dalam penelitian fakta-fakta lain lebih lanjut.
            Teori  adalah azas-azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan    sekurang-kurangnya dapat dipercaya untuk menerangkan fenomena-fenomena yang ada.         

            Kesimpulan :
            Jadi hipotese adalah kesimpulan yang diterima untuk menerangkan fakta-fakta tertentu.    Sedangkan teori azas-azas yang umum dan dapat dipercaya untuk menerangkan        fenomena-fenomena.

·         Analogi adalah suatu proses penalaran yang bertolak dari dua peristiawa khusus yang mirip satu sama lain, kemudian menyimpulkan bahwa apa yang berlaku untuk suatu hal akan berlaku pula untuk hal lain.
           
            Contoh kalimat :
            bila sesorang mengatakan, awan dari ledakan bom atom itu, membentuk sebuah     cendawan raksasa, maka pembandingan antara awan ledakan atom dan cendawan.     Merupakan sebuah analogi sebab kedua hal itu sangat berbeda kelasnya, kecuali       kesamaan bentuknya.

            Kesimpulan :
            Jadi analogi merupakan proses penalaran yang bertolak dari dua peristiwa.

·         Hubungan Kausal pada umumnya hubungan kausal dapat berlangsung dalam tiga pola berikut: sebab ke akibat, akibat ke sebab, dan akibat ke akibat.\
a.        Sebab ke Akibat
Hubungan sebab ke akibat mula-mula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagi sebab yang diketahui, kemudian bergerak maju menuju kepada suatu kesimpulan sebagai efek atau akibat yang terdekat.
Contoh: saya menekan tombol lampu menyala, penekanan tombol sebagai satu sebab manimbulkan satu efek, yaitu lampu nyala.

Contoh kalimat :
Banjir di daerah itu mengakibatkan timbulnya jalanan rusak.

b.        Akibat ke Sebab
Hubungan akibat ke sebab merupakan suatu proses berfikir yang induktif juga dengan bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang diketahui, kemudian bergerak menuju sebab-sebab yang mungkin telah timbulkan akibat tadi.

Contoh kalimat :
Ari tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.

c.        Akibat ke Akibat
Corak ketiga dalam hubungan kausal adalah proses penalaran yang bertolak dari suatu akibat menuju suatu akibat yang lain, tanpa menyebut atau mencari sebab umum yang menimbulkan kedua akibat tadi.

Contoh kalimat :
Kakak mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga kakak beranggapan jemuran di rumah basah.

Kesimpulan :
Jadi hubungan kasual itu mempunyai 3 pola yaitu sebab ke akibat, akibat ke sebab, akibat ke akibat.

·         Induksi dalam Metode Eksposisi hubungan ini sama dalam sebab dan akibat namun lebih mengarah didalam Fakta Informasi yang benar, dan menghubungkan Fakta dari Informasi dengan Fakta dari Informasi yang lain.

Sumber:
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/04/silogisme/